Ternyata, Menulis Itu Penting
Di mana-mana kan kita selalu menjumpai tulisan. Di sekolah, di rumah, di tempat-tempat umum, dan di mana pun tulisan itu sudah bukan sesuatu yang asing bagi kita, karena kita biasa melihat dan bisa membaca, maka tulisan sudah bukan hal asing lagi di mata kita. Nah, tulisan adalah serangkaian huruf yang terbentuk dari suatu kata, kalimat, atau paragraf, pada media yang dapat digunakan untuk menulis.
Apakah kamu suka menulis?
Aku juga senang menulis. Kalau aku ditanya kenapa aku termotivasi dengan tulisan dan menginspirasi aku untuk menulis. Aku menulis karena memang ada keinginan menulis, dan memanglah ada sesuatu yang bisa ditulis. Apa yang kita lihat, kita dengar, kita baca, kita rasakan, kita pikirkan, kita tulis, kita hayati, semuanya pembelajaran untuk diri sendiri.
Aku juga senang menulis. Kalau aku ditanya kenapa aku termotivasi dengan tulisan dan menginspirasi aku untuk menulis. Aku menulis karena memang ada keinginan menulis, dan memanglah ada sesuatu yang bisa ditulis. Apa yang kita lihat, kita dengar, kita baca, kita rasakan, kita pikirkan, kita tulis, kita hayati, semuanya pembelajaran untuk diri sendiri.
Sesuatu
yang baru, pengetahuan baru, terkena cahaya, masuk pada retina, diproses oleh
syaraf mata, kemudian dikirim ke syaraf otak. Tidak bisa di bayangkan,
sepersekian detik cepatnya, apa yang kita lihat langsung diproses oleh organ
kita. Bagaimana cepatnya syaraf mata mengirim apa yang dilihatnya ke otak.
Kemudian otak memproses, berfikir, dan mengalirlah dari pikiran itu, turun ke
hati, turun ke tangan, turun ke pena, dan kemudian turun ke kertas atau pun
media lainnya. Itulah tulisan. Hasil dari pemikiran dan dari hati. Hasil dari
melihat, mendengar, dan merasakan.
Menulis
juga bisa lahir dari sikap kritis kita terhadap sesuatu atau terhadap
lingkungan kita. Entah itu sekolah, rumah, atau di mana pun dan apa pun.
Pokoknya, apa yang ingin ditulis, maka tulislah, diungkapkan. Tetapi jangan
sampai kita salah media dalam mengekspresikan tulisan kita, ya. Tetap
berhati-hati, jangan sampai kita nulis-nulis di tembok umum pakai pilok, karena
hakikat menulis yang baik itu bukan seperti itu, jangan vandalisme dan jangan merusak
fasilitas umum.
Peran tulisan dalam perkembangan ilmu pengetahuan & peradaban
Tulisan juga bisa memotivasi kita. “Menulislah, atau kau akan hilang dari pusaran sejarah”. Nah, tulisan juga bisa mengikat sejarah. Menulis itu mungkin pekerjaan panggilan hati. Seseorang yang menulis itu bisa menjaga peradaban agar tidak punah. Menulis juga berarti mengikat ilmu. Menulis berarti juga memberikan gagasan untuk disemaikan sebelum akhirnya bertumbuh.
Tulisan juga bisa memotivasi kita. “Menulislah, atau kau akan hilang dari pusaran sejarah”. Nah, tulisan juga bisa mengikat sejarah. Menulis itu mungkin pekerjaan panggilan hati. Seseorang yang menulis itu bisa menjaga peradaban agar tidak punah. Menulis juga berarti mengikat ilmu. Menulis berarti juga memberikan gagasan untuk disemaikan sebelum akhirnya bertumbuh.
Coba kita
bayangkan, coba pikirkanlah kalau dunia ini tanpa tulisan. Betapa sepi-nya kan,
tidak ada hiruk pikuk pengetahuan, tidak ada debat-debat intelektual,
perpustakaan-perpustakaan tinggallah kosong. Tinggal kesunyian. Dunia tanpa
tulisan, hanya diliputi kertas kosong berwarna putih. Tidak ada baliho-baliho
di pinggiran jalan. Tidak ada gedung-gedung tinggi pencakar langit , soalnya
kan tidak ada yang menulis tentang tata dasar atau mekanika teknik kontruksi
dan arsitektur bangunan. Tidak ada tanaman-tanaman yang bentuknya indah macam
di bonsai itu, karena para ilmuan ahli bonsai tidak menuangkan ilmunya tentang bagaimana
cara membonsai tanaman-nya, dalam bentuk tulisan. Tidak ada pemerintahan
bercorak nasionalis, komunis, atheis, liberalis, dan macam-macam yang lain,
karena para penggagasnya hanya memikirkan ide-nya itu dalam otak saja, tanpa
mengikatnya dalam sebuah tulisan. Itulah mungkin fungsi manifesnya tulisan.
Yaitu, mengikat.
Kalau
kita membaca peradaban sejarah, kita bisa tahu setelah berlalunya masa nirleka
(masa pra-tulisan), di mana manusia bisa meniru pemikiran para nenek moyangnya
atau para pendahulunya setelah mereka berkomunikasi dengan kitab atau buku, yang
di dalamnya terdapat tulisan, yang merupakan sebuah jembatan menuju mesin waktu
masa silam. Aku sampai membayangkan hidup di zaman para penulis-penulis hebat
masa lalu dan larut di dalam pusaran sejarahnya. Aku suka baca “Wiro Sableng”
karyanya Bastian Tito, “Tutur Tinular” karyanya S.Tijab yang ceritanya berlatar
belakang runtuhnya kerajaan Singosari dan berdirinya kerajaan Majapahit.
Tulisan bukanlah segalanya, tetapi tulisan adalah salah satu media belajar
untuk kita.Ternyata Oh-Ternyata peran
tulisan itu penting juga, kan. Jadi, bagi yang memiliki rasa suka menulis maka
mulailah menulis dengan perasaan lapang.
Untuk
yang suka menulis dan punya potensi tapi masih ragu-ragu, tetap semangat ya. Ada
yang perlu kita ketahui, bahwa semua orang bisa menulis, kecuali orang yang
tidak waras dan orang yang tidak pernah diajarin nulis. Maka bersyukur dan kita
terus belajar supaya berkembang. Tentunya, kita akan merasa bermanfaat bila
tulisan kita dapat menginspirasi orang lain yang membaca.
(fa.)
Komentar
Posting Komentar