Menyerah Pada Kegagalan

   
"Sesekali kau perlu menyerah pada kegagalan. Boleh saja. Untuk sekedar menerima bahwa kau memang tidak bisa. Lalu mencari jalan lain untuk menemukan kebahagiaan baru."

    Kita mungkin pernah. Aku pernah juga. Mempertahankan sesuatu, cinta, harapan, cita-cita, seseorang atau apa saja yang menurutku adalah kebahagiaan. Hingga akhirnya yang kita pertahankan itu bisa saja memberi kita luka yang dalam, rasa sakit, atau ada kepedihan yang sudah menghadang di depan sana.

    Hanya karena begitu kukuh meyakini bahwa itu adalah kebahagiaan yang paling benar, maka kita bisa saja tidak peduli lagi pada kebaikan untuk diri sendiri. Wajah dengan mata yang berbinar saat pertamakali mempunyai harapan, bisa saja meredup.

    Kebahagiaan yang aku kira adalah sebuah final pencapaian di dunia, yang aku kira sudah dekat, justeru menjauh. Tetapi bukannya berhenti, aku justeru meyakini diri sendiri bahwa yang aku anggap final pencapaian itu mampu aku raih. Hingga akhirnya aku bertanya pada diri sendiri, sesungguhnya kebahagiaan itu sebuah tujuan, sebuah final pencapaian, atau sebuah anugerah pemberian Allah swt.?

    Aku pernah melupakan sesuatu, wajah, suasana, jalan, seseorang, harapan, cita-cita, dan segala hal yang lama maupun yang baru di tempat yang berbeda-beda. Demi mempertahankan hal atau juga seseorang yang bukan menjadi milik aku. Membiarkan diri sendiri merasakan sakit dan terbelenggu rasa bersalah. Itu tentu melelahkan. Mungkin memaafkan sesuatu hal ataupun memaafkan orang lain jauh lebih mudah daripada memaafkan diri sendiri. Hingga akhirnya aku juga bertanya pada diri sendiri, apa saja yang sesungguhnya benar-benar milik kita di dunia ini?

    Padahal, sesuatu ataupun seseorang yang bukan untuk menjadi milik aku, sekeras apapun aku berusaha maksimal, tetap tidak akan pernah menjadi milik aku. Sesuatu atau seseorang yang bukan ditetapkan untuk aku, pada akhirnya akan tetap berlalu dan menghilang juga.

    Maka ya sudahlah, aku sampaikan sebuah rahasia, tapi entah ini masih bisa disebut rahasia atau bukan ya; "Kalau kita mau senantiasa ridho, akan selalu ada yang lebih baik, bahkan dari kebahagiaan yang kita kira paling benar. Kita perlu membesarkan hati kita sendiri. Kita perlu keshabaran yang lebih banyak lagi daripada sebelumnya. Kita perlu merasa ikhlash dan ridho. Untuk menyerah pada kegagalan, untuk benar-benar menerima dengan tulus bahwa kita memang tidak bisa."

    Dalam perjalanan hidup kita di dunia ini, pasti akan selalu datang hal-hal terbaik di antara hal-hal yang biasa-biasa saja maupun di antara hal-hal yang buruk, dan juga orang-orang yang benar-benar kita butuhkan, bukan sekedar keinginan-keinginan yang kita angankan. Sesuatu maupun seseorang pemberian dari Allah swt., untuk menjadi bagian hidup kita maupun milik kita yang teristimewa. Mari kita selalu berusaha, berharap, serta berdo'a untuk bisa menyelesaikan kehidupan kita di dunia ini dengan baik, dan Allah swt. meridhoi.

    Pada hal apa, kapan, dan di mana kita memutuskan untuk menyerah? Kita pilah-pilah sendiri saja kegagalan-kegagalan apa yang pantas untuk kita menyerah. Halnya, waktunya, tempatnya, masing-masing orang tentu berbeda. "Sesekali kita boleh menyerah pada kegagalan. Itu tidak apa-apa."

(fa.)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kenalan Sama Gaya Hidup Minimalis

Menjadi Penganut Filsafat Stoikisme

Menemukan Kenyamanan Dengan Diri Sendiri, Bukan Berarti Kesepian