Kembali Menemukan Diri Sendiri
Kalimat itu kupegang dengan iman hingga saat ini, supaya aku
tidak semena-mena mengambil langkah dalam urusan mencintai, supaya aku tidak mudah
memberi hati kepada laki-laki.
Aku yang dulu, tidak pernah mempertimbangkan tindakanku.
Yang kutahu hanya aku ingin melakukan apa pun semauku, dengan mengutamakan
kebahagiaan sebagai alasannya, yang padahal kebahagiaan itu keliru. Aku pernah
merasa kehilangan diriku sendiri beberapa tahun. Tetapi setelah aku memutuskan
untuk mulai memperbaiki diriku karena-Nya, segalanya menjadi kupikirkan
matang-matang. “Ini baik untukku atau tidak?”, adalah kalimat tanya untuk perenungan
sebelum aku mengambil keputusan, termasuk untuk urusan asmara. Dan akhirnya aku
sudah meyakini bahwa kebahagiaan hanya ada pada langkah dan pilihan yang di
dalamnya Tuhan sematkan rida-Nya.
Setelah aku menyadari bahwa aku ini di dunia hanya sejenak
saja, masih ada kematian dan perjalanan di alam selanjutnya, maka persoalan cinta
& menikah sangat tidak mudah untuk kuputuskan. Itu sebabnya aku mulai lebih
membatasi interaksi dengan laki-laki, karena aku menganggapnya sebagai ujian
terberat. Aku tidak ingin terlanjur jatuh cinta lagi yang mengarahkanku ke
jalan yang keliru.
Sehingga kini, aku tidak ingin terlalu memeluk hati
seseorang. Aku takut jika suatu saat terlupa lagi untuk berdoa agar hatiku
terjaga dari cinta yang keliru. Yang kuperlukan saat ini adalah, aku bisa
bersiap diri atas apa pun yang telah ditakdirkan untuk hidupku, menemukan
kembali diriku.
(From: Buku Untuk Nama Yang Tak Berani Kusebut Dalam Doa)
Komentar
Posting Komentar