3 Tahap Pertama Untuk Menjadi Penganut Filsafat Stoikisme (Stoic)

        Apakah Kamu tertarik menjadi Stoic?

    Ketika saya terus mencari tahu dan mengeksplorasi filsafat-filsafat yang baru bagi saya, itu ternyata membuat saya menemukan lebih banyak alasan mengapa mereka begitu populer, bahkan sejak peradaban Yunani Kuno pada awal abad ke-3 SM. 

    Ada beberapa alasan bagaimana filsafat stoikisme ini mengajari saya untuk menjalani kehidupan yang lebih mindfulness, tenang dan menyenangkan. Bahkan ketika menghadapi hal-hal terburuk sekalipun, filsafat ini jelas sangat membantu, atau setidaknya mencegah saya untuk melakukan hal-hal yang bersifat keputus-asaan. Namun, yang akan dibahas di sini adalah 3 hal yang menurut saya penting sebagai permulaan menjadi stoic.

Eliminating expectations (menghilangan berbagai ekspektasi)
Menurut saya akar dari ketidakbahagiaan & kekecewaan yang saya alami adalah adanya ekspektasi yang berlebihan. Ekspektasi ini adalah prasangka/bayangan hal-hal yang akan  terjadi menurut & sesuai pikiran saya sendiri. Mungkin hal itu bisa kita anggap wajar saja, karena tentunya bukan hanya saya yang seperti itu. Namun, terlalu banyak ekspektasi menyebabkan kekecewaan jika segala sesuatunya ternyata berjalan sebaliknya. Sementara memiliki sedikit atau bahkan tidak ada ekspektasi sama sekali hampir seperti tidak punya harapan & ambisi. Untuk saya, hidup mungkin akan terasa datar saja jika tidak punya ekspektasi sama sekali. Sedangkan, berprasangka maupun berekspektasi tentang hal-hal baik itu juga bukan sebuah kesalahan, karena menurut hukum vibrasi tarik menarik (Law of Attraction), kita berpotensi juga untuk membuat hal-hal yang ada di pikiran kita itu menjadi realitas, entah itu ekspektasi bagus maupun ekspektasi buruk.

Sebenarnya saya masih menciptakan ekspektasi,tetapi tidak pernah untuk orang lain. Ekspektasi saya sewajarnya, tidak berlebihan, dan itu juga selalu hanya hal-hal yang ada di kendali saya saja, dan kebahagiaan saya sama sekali tidak pernah sepenuhnya bergantung padanya. Kalau menggantungkan tingkat kebahagiaan & kepuasan kita dengan ekspektasi, maka akan lebih besar potensi kita mengalami banyak kekecewaan. 

No sense of entitlement (menghilangkan merasa memiliki/merasa berhak terhadap hal-hal yang bukan hak kita)
Saya pikir banyak di antara kita yang mungkin merasa berhak mendapatkan penghargaan, pujian, validasi/pengakuan, dan sebagainya, hanya karena kita merasa telah melakukan banyak hal, merasa berjasa. Lalu bagaimana supaya kita merasa baik-baik saja meskipun jikalau kita tidak mendapatkan itu semua. Jikalau bahkan kita mungkin memang tidak layak untuk mendapatkannya.

Menghilangkan "perasaan berhak/perasaan memiliki" benar-benar membantu saya melihat segala sesuatu dengan cara yang lebih positif. Hal ini juga membuat saya sedikit lebih bangga dengan apapun yang telah saya lakukan, terlepas dari bagaimana hal itu diterima & ditanggapi oleh orang lain. Ini sekaligus juga membuat saya lebih tenang dalam menghadapi berbagai kehilangan. Karena tidak ada yang benar-benar sepenuhnya milik kita di dunia ini.

Slowing down (melambat untuk tenang)
Saya cenderung sering mendengar bahwa melambat ini hanyalah cara lain untuk mengatakan santai. Dan itu bukan masalah. Karena memang tidak selalu kita harus serba cepat. Jadi, melambat bukan juga sebuah ide buruk. Melambat akan memberikan kita pengalaman yang berbeda dengan saat kita melaju cepat. Saya dulunya selalu mudah khawatir/stress tentang hal-hal yang sepenuhnya di luar kendali saya atau hal-hal yang bahkan belum terjadi. Selalu ingin serba cepat, sehingga justeru tidak bisa sepenuhnya menikmati momen yang sedang dijalani. Meskipun berusaha melambat dan tenang, saya juga di situasi tertentu terkadang masih grusah-grusuh juga.

Saya rasa seorang stoic akan sedikit kurang peduli terhadap hal-hal yang hanya ada dalam prasangka mereka & terutama hal-hal yang di luar kendali mereka. Maka karena itu, biasanya seorang stoic akan cenderung lebih tenang menghadapi berbagai hal.

    Demikian itu 3 hal yang menjadi tahap pertama untuk menjadi Stoic. Tentunya, hal-hal itu tidak bisa sepenuhnya cocok untuk semua orang. Jika tertarik, kita bisa memulai menjadi Stoic dengan memilih yang sekiranya kita merasa cocok dulu. Seiring waktu berjalan, hal-hal lainnya mungkin bisa kita telaah lebih lanjut lagi.

    Pada akhirnya, keputusan untuk menjadi Stoic itu merupakan keputusan personal masing-masing. Tidak ada karena paksaan siapapun. Dan biasanya, orang-orang yang menemukan stoikisme dan merasa cocok, akan cenderung bersungguh-sungguh untuk mempelajari dan mengeksplorasi lebih lanjut. Kehidupan tentu juga akan terasa tidak sama lagi dengan sebelumnya.

(fa.)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kenalan Sama Gaya Hidup Minimalis

Menjadi Penganut Filsafat Stoikisme

Menemukan Kenyamanan Dengan Diri Sendiri, Bukan Berarti Kesepian