Menemukan Kenyamanan Dengan Diri Sendiri, Bukan Berarti Kesepian

    
    Waktu telah membawaku sampai pada usiaku saat ini, 26 tahun. Sering kali terbesit di pikiranku bahwa aku tidak cukup baik menjadi manusia selama menuju usiaku seperempat abad ini, rasanya kacau. Bagaimana kalau suatu saat aku mati, bagaimana kalau aku termasuk orang-orang yang rugi, bagaimana kalau aku tidak berkumpul kembali dengan keluargaku di tempat yang baik suatu saat nanti. Aku sering termenung. Semua itu ternyata agak mengganggu perasaanku, dan membuatku harus menemukan solusi untuk kekacauan diri ini.

    Aku merasa telah kehilangan diriku sendiri dalam proses dari aku remaja menuju usia seperempat abad. Tentunya bukan orang lain, tetapi aku yang paling tahu seberapa besar aku telah kehilangan diriku sendiri. Ada banyak penyesalan yang aku rasakan, setelah berbagai keputusan dan berbagai kekeliruan. Lalu, seiring bertambah usia tiba-tiba aku mempunyai banyak pertanyaan yang aku belum menemukan jawabannya. Aku masih tidak mengerti banyak hal sampai saat ini.

    Beruntung aku tidak terlalu lebih jauh lagi. Kehilangan diri sendiri terlalu besar & terlalu jauh mungkin akan lebih mempersulit hal-hal yang harus aku lalui di tahap perjalanan kehidupanku selanjutnya. Aku memang tidak terlalu cepat menyadari, tetapi untungnya juga tidak terlalu lama untuk menyadari hal itu. Aku benar-benar tersadar dan mulai menghargai hal-hal kecil di sekitarku. Aku juga mulai merubah kebiasaan buruk, meskipun pelan-pelan, karena butuh proses & waktu. Kemudian hal yang paling ingin aku sampaikan di sini adalah, aku bahagia dengan diriku yang sekarang. Aku melakukan beberapa hal untuk merasa nyaman terhadap diri sendiri dan bisa berada di fase seperti sekarang ini.

Aku memaafkan diriku sendiri
Beberapa orang dan juga aku percaya bahwa memaafkan orang lain jauh lebih mudah daripada memaafkan diri sendiri. Aku berusaha bagaimana pun supaya aku bisa menerima berbagai kesalahanku di masa lalu. Untuk menerima saja membutuhkan waktu, apa lagi memaafkan dengan tulus. Betapa banyak orang yang bahkan merasa sangat kesulitan untuk memaafkan dirinya sendiri. Jauh lebih mudah memaafkan orang lain dibanding memaafkan diri sendiri. Namun, meskipun ini hal yang sulit, aku akhirnya berhasil memaafkan diriku sendiri dan melangkah lebih ringan. Tidak ada lagi perasaan berat yang membebani langkahku, aku mulai berbenah lebih baik setelah aku minta maaf kepada Tuhan dan juga memaafkan diriku sendiri. Dan aku rasa ini sudah merupakan cara pertama yang paling tepat. Memaafkan diri sendiri, untuk langkah yang lebih baik.

Mulai meromantisasi hal-hal kecil di sekitarku
Menatap langit lebih lama dengan perasaan takjub, melihat dahan pohon bergerak pelan karena dihembus angin, makan & minum lebih pelan dari sebelumnya, mulai sering berjalan kaki sambil melihat hal-hal kecil di sekitarku dengan lebih seksama, menjadi lebih dekat dengan keluarga, dan pergi ke beberapa tempat sendiran saja. Hal-hal itu sangat membantu aku untuk mulai nyaman dengan diri sendiri dan tidak lagi selalu bergantung pada orang lain. Mungkin perlu aku katakan juga bahwa, aku dulu sangat tidak bisa sendiri, dan merasa aneh jika sendirian. Pergi ke manapun aku selalu minta tolong untuk diantar. Itu bukan hal yang keliru, tetapi sepertinya aku menjadi asing dengan diri sendiri, tidak pernah berinteraksi dengan diri sendiri, hidup rasanya begitu cepat berlalu tanpa aku benar-benar menikmati momen terhadap diri sendiri dengan sepenuh hati. Padahal, ternyata sendiri tidak seburuk yang aku bayangkan setelah aku mencoba melaluinya. Aku tidak lagi merasa aneh dan kesepian. Berinteraksi dengan diri sendiri ternyata juga asik. 

Focus on my-self (fokus dengan diriku sendiri)
Perubahan yang sangat aku rasakan setelah aku lebih fokus dengan diriku sendiri adalah, aku tidak lagi mudah insecure/rendah diri dengan berbagai kelebihan maupun pencapaian-pencapaian orang lain. Juga tidak lagi mudah sedih kalau ada orang lain mengatakan hal yang jelek-jelek tentang aku. Focus on my-self membuatku lebih memilih mengabaikan beberapa distraksi sehingga aku tidak perlu menggunakan energiku untuk hal-hal yang tidak esensial. Hal yang lebih membahagiakan juga adalah, aku jadi lebih fokus untuk berkembang, mencoba hal-hal baru yang positif, dan bahkan aku bisa mencoba untuk berkarya.

Memaafkan orang-orang yang pernah menyakiti aku
Rasa nyaman terhadap diri sendiri juga aku dapatkan dengan cara memaafkan orang lain. Normalnya kehidupan antar manusia di dunia ini tentu tidak luput dari kesalahan, menyakiti maupun disakiti. Bisa karena perbuatan, sikap, perlakuan, atau bahkan bisa juga karena ucapan. Kita sesungguhnya selalu bisa memilih, mau memaafkan atau mendendam, mau berdamai atau membenci. Kita tidak pernah tahu betapa kuatnya kita sampai kita memaafkan seseorang yang mungkin juga tidak pernah meminta maaf kepada kita, dan menerima sebuah permintaan maaf yang mungkin juga tidak pernah kita terima. Meskipun bagi beberapa orang ada beberapa hal yang tidak layak untuk dimaafkan. Aku pikir memaafkan orang lain tidak bergantung apakah layak dimaafkan atau tidak, tetapi karena diri kita layak mendapatkan rasa damai. Karena itu aku memaafkan siapapun yang pernah menyakiti aku, juga karena aku mempercayai bahwa Tuhan Maha Pemaaf. Untuk dimaafkan aku juga harus memaafkan. Bagaimanapun, aku tentu juga pernah menyakiti orang lain.

    Pada akhirnya aku berharap, dengan berbagi hal ini di sini akan sedikit berguna untuk mulai berbenah bagi orang-orang yang mau membaca yang mungkin sedang merasa kacau, atau yang mungkin sedang tidak merasa nyaman dengan dirinya sendiri. Kalau kamu sudah nyaman dengan dirimu sendiri bukan berarti kamu kesepian dan antisosial. Justeru kamu akan tetep bisa bergaul sewajarnya dengan berbagai macam orang, namun tidak harus selalu bergantung dengan persetujuan orang lain dan tidak haus akan validasi dari orang lain. Menemukan versi terbaikmu mungkin juga bisa jadi sebuah bonus setelah kamu berdamai terhadap beberapa hal. Begitu pula aku yang masih dalam proses belajar untuk bisa berdamai dengan beberapa hal yang telah aku alami. Namun, hal baiknya adalah, aku sudah menemukan kenyamananku. Merasa nyaman dengan diri sendiri adalah salah satu hal yang sangat aku hargai, maka karena itu aku berbagi di sini dengan senang hati.

(fa.)




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kenalan Sama Gaya Hidup Minimalis

Menjadi Penganut Filsafat Stoikisme