Beberes Kekacauan Diri Sendiri Untuk Hidup Lebih Tenang

      
    Minimalis life style akhir-akhir ini cukup populer. Mungkin ini menarik bagi beberapa orang untuk menjadikannya sebagai life style atau gaya hidup. Orang dengan berbagai latar belakang mengaku nyaman dengan gaya hidup minimalis karena gaya hidup ini menawarkan berbagai kemudahan untuk jangka panjang. Bagi saya, gaya hidup ini mungkin bisa menjadi solusi dari berbagai kekacauan diri, bahkan bisa untuk menghindari masalah di kemudian hari. Dengan beberapa decluttering, hidup kita akan menjadi lebih sederhana tetapi bermakna.

    Bagi seorang minimalis, decluttering bukanlah istilah asing. Sebagian besar orang yang menjalani gaya hidup minimalis memulainya dengan decluttering. Ini adalah istilah untuk kegiatan bersih-bersih dengan tujuan untuk menyortir barang dan menyingkirkan beberapa yang sudah tidak digunakan lagi. Dengan memilah atau menyortir barang dan berbagai hal lainnya, ini mungkin akan membuat hidup kita menjadi lebih tertata, tenang dan nyaman. Tidak hanya soal barang-barang saja, kita juga perlu beberes clutter/kekusutan diri kita sendiri dengan beberapa cara.

1. Digital clutter

Mulailah dengan menonaktifkan beberapa notifikasi dan uninstall aplikasi yang tidak penting di ponsel kita. Unfollow akun-akun dan channel yang tidak membuat kita menjadi lebih baik. Kita juga bisa mulai menghapus kontak yang sudah tidak aktif, lalu menghapus pesan dan email secara berkala dan sisakan hanya yg penting saja. Selain itu, batasi juga waktu penggunaan media sosial serta rapikan file di ponsel atau perangkat lainnya yang kita punya. 

2. Mental Clutter

Terkadang mental kita agak terganggu dan kita merasa stress karena terlalu khawatir mengenai beberapa hal. Untuk menjaga kestabilan mental, kita harus tahu serta punya batasan yang sesuai dengan diri kita masing-masing. Kita bisa membuat skala prioritas dan To Do List (catatan hal-hal yang akan kita lakukan), monotasking supaya fokus dan tuntas dalam melakukan suatu hal, belajar mindfulness (hidup dengan kesadaran), belajar memaafkan orang lain maupun diri sendiri, belajar manajemen keuangan supaya kita tidak impulsif menggunakan uang kita untuk kemudian menyesal di kemudian hari, serta belajar manajemen waktu. Selain itu, kita bisa juga agak membatasi interaksi dan pertemanan kita dengan orang-orang yang sekiranya berpengaruh buruk untuk mental kita. 

3. Emotional Clutter

Manusia sebagai makhluk yang tidak bisa lepas dari segala emosi dalam kehidupan sehari-harinya, baik emosi positif maupun emosi negatif. Karena itu, kita harus belajar mengenali emosi kita. Validasi perasaan kita dan terima apapun itu, entah rasa marah, sedih, kecewa, bahagia, terharu, dan sebagainya. Kita manusia, bukan berarti tidak boleh marah atau merasakan emosi-emosi negatif lainnya. Selain itu, kita bisa menata emosi kita dengan meditasi, journaling, atau jika memang perlu, kita bisa datang konseling ke psikolog maupun psikiater untuk membantu kita supaya merasa lebih baik. 

4. Spiritual Clutter

Hampir sebagian besar manusia di dunia ini beragama.Secara spiritual manusia disebutkan sebagai makhluk yang memiliki sisi baik dan sisi buruk. Akan selalu ada kecenderungan di hati kita untuk mengikuti hal-hal baik maupun hal-hal buruk. Karena itu, kita perlu berusaha mendekatkan diri kepada Tuhan dengan bertobat, beribadah, belajar memaafkan, bersyukur dan merasa cukup. Beramal baik, bersedekah atau membantu orang lain, supaya sehat juga spiritual kita.

(fa.)

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kenalan Sama Gaya Hidup Minimalis

Menjadi Penganut Filsafat Stoikisme

Menemukan Kenyamanan Dengan Diri Sendiri, Bukan Berarti Kesepian